PERAN
BAKTERI ASAM LAKTAT (L. BULGARICUS DAN S. THERMOPHILUS) DALAM YOGHURT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
Mikrobiologi
Yang diampu oleh Bapak Subandi
Oleh
KELOMPOK 2
Khusni Aminatus Sa’adhah 150332602595
Kresna Dhipayana Panungga 150322604634
Lailatul Ilmiyah 150332605145
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
KIMIA
2016
DAFTAR
ISI
HALAMAN COVER
.............................................................................................. i
DAFTAR ISI
........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR
............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang
........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah
................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
........................................................................................ 2
2.1 Bakteri
Asam Laktat ................................................................................................ 2
2.2 Bakteri
Laktobacillus ................................................................................................ 3
2.3 Bakteri
Streptococcus .............................................................................................. 5
2.4 Peranan
Bakteri L. Bulgaricus dan S. Thermophilus dalam Pembuatan Yoghurt .......... 6
BAB III PENUTUP
................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan
.............................................................................................................. 9
3.2 Saran
....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar
2.1 Bakteri Asam Laktat ....................................................................................................... 2
Gambar
2.2 Lactobacillus bulgaricus .................................................................................................. 4
Gambar
2.3 Streptococcus thermophilus ............................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, produk
olahan makanan ataupun minuman yang melibatkan bakteri semakin pesat. Tidak
hanya itu, para peneliti pun melakukan riset penggalian potensi suatu bakteri
baik yang dapat dimanfaatkan dalam produksi makanan ataupun minuman. “Terutama
golongan bakteri asam laktat, yang mana asam laktat tersebut dibagi menjadi
empat genus yaitu: Streptococcus, Leuconstoc, Pediococcus, dan Lactobacillus.
Seperti yang kita ketahui bahwa asam laktat ini dapat menyebabkan fermentasi
dan koagulasi susu, serta dapat menghasilkan asam laktat dari laktosa”,
(Ramasenderan, 2012). Sehingga bakteri ini dapat dimanfaatkan untuk fermentasi
susu menjadi olahan makanan ataupun minuman, salah satu contohnya adalah
yoghurt. Yoghurt adalah olahan minuman fermentasi yang memanfaatkan bakteri
Lactobacillus dan Streptococcus dalam pembuatannya. Oleh karena itu, penting
untuk kita ketahui bakteri-bakteri tersebut yang terlibat dalam pembuatan
yoghurt
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan bakteri asam laktat?
2. Apa
yang dimaksud dengan bakteri Lactobacillus?
3. Apa
yang dimaksud dengan bakteri Streptococcus?
4. Apa
peranan bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus dalam pembuatan yoghurt?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bakteri Asam Laktat
Menurut Kajian Pustaka (2015)
menyatakan sebagai berikut:
Bakteri
asam laktat merupakan bakteri chemotrophic yang memiliki ciri-ciri khas
seperti: tergolong gram positif, berbentuk cocci, rod-shape, coccobacilli
umumnya membentuk rantai, hanya membutuhkan sedikit oksigen (microaerophilic),
tidak membentuk spora, tidak bergerak (non motile) dan bereaksi negatif
terhadap hidrogen peroksida (H2O2).
Menurut Ramasenderan, (2012) menyatakan
sebagai berikut:
Bakteri asam
laktat adalah nama grup yang diciptakan untuk bakteri yang menyebabkan
fermentasi dan koagulasi susu, serta dapat menghasilkan asam laktat dari
laktosa. Nama family Lactocteriaceae diterapkan oleh Orla Jensen, (1919) kepada
sekelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat sendiri atau asam asetat,
alkohol dan karbon dioksida. Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri
gram-positif yang disatukan mengikuti karakteristik morfologi, matabolisme, dan
fisiologi. Mereka adalah non-spore, fermentasi karbohidrat-produksi asam
laktat, tahan asam dalam keadaan non-aerobik dan katalase negatif. Biasanya
mereka adalah non-motile dan tidak mereduksi nitrit. Mereka dibagi menjadi
empat genus: Streptococcus, Leuconstoc, Pediococcus, dan Lactobacillus. Revisi
taksonomi terbaru menunjukkan bahwa kelompok bakteri asam laktat bisa terdiri
dari genera Aerococcus, Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus,
Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Tetragebococcus, dan
Vagococcus.
Gambar 2.1 Bakteri Asam
Laktat
2.2 Bakteri Lactobacillus
Hardiningsih (2006) menyatakan
sebagai berikut:
Lactobacillus
termasuk golongan bakteri asam laktat yang sering dijumpai pada makanan
fermentasi, produk olahan ikan, daging, susu, dan buah-buahan (Napitupulu
etal., 1997). Sejauh ini telah diketahui bahwa keberadaan bakteri ini tidak
bersifat patogen dan aman bagi kesehatan sehingga sering digunakan dalam
industri pengawetan makanan, minuman dan berpotensi sebagai produk probiotik.
Sifat yang menguntungkan dari bakteri Lactobacillus dalam bentuk probiotik
adalah dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kesehatan . Bakteri tersebut
berperan sebagai flora normal dalam sistem pencernaan. Fungsinya adalah untuk
menjaga keseimbangan asam dan basa sehingga
pH dalam kolon konstan.
Cartney
(1997) melaporkan bahwa bakteri probiotik menjaga kesehatan usus, membantu
penyerapan makanan, produksi vitamin, dan mencegah pertumbuhan bakteri patogen.
Selain itu dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, metabolisme
kolesterol, karsinogenesis, dan menghambat penuaan. Heprer et al., (1979)
menyatakan bahwa pemberian suplemen yoghurt selama satu miggu, dapat menurunkan
serum kolestrol pada manusia. Yoghurt dan susu menurunkan kolestrol setelah
menginduksi hypercholesterolemia kelinci. Yoghurt lebih besar memberi pengaruh
daripada susu.
2.2 a Lactobacillus
Bulgaricus
Muzhoffar, B. (2012) menyatakan sebagai
berikut:
Lactobacillus bulgaricus adalah sejenis bakteri yang berperan dalam pembentukan yogurt. Bakteri ini
pertama kali diidentifikasikan oleh seorang dokter asal Bulgaria bernama Stamen Grigorov, pada
tahun 1905. Oleh karena itu dinamakan
menurut Bulgaria. Bakteri ini
merupakan bakteri gram
positif berbentuk batang yang
panjang, anaerobik fakultatif, dan katalase negatif. Bakteri ini menyerupai
streptokoki dalam kebutuhannya akan nutrien. Species dalam jenis Lactobacillus banyak yang dapat mensintesis vitamin
dan banyak yang bersifat termodurik yaitu tahan susu pasteurisasi. Lactobacillus bulgaricus digunakan dalam fermentasi yogurt. Lactobacillus bulgaricus termasuk bakteri
homofermentatif. Bakteri homofermentatif memecah gula terutama menjadi asam
laktat dan dapat tumbuh pada suhu 37°C atau lebih.
Dari hasil pengamatan bentuk
bakteri, Lactobacillus
bulgaricus berbentuk batang,
bergerombol, berwarna ungu dan termasuk gram positif. Hasil ini diketahui
setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 16×40. Hasil pengamatan ini
sesuai dengan literatur.
a. Taksonomi
Menurut Amha, R. (2016) “ Klasifikasi bakteri Lactobacillus bulgaricus adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Prokariotik
Divisio :
Schizophyta
Kelas :
Eubacteriales
Familia :
Lactobacillaceae
Genus :
Lactobacillus
Spesies :
Lactobacillus bulgaricus”
b. Gambar Makroskopik Lactobacillus Bulgaricus
Gambar 2.2 Lactobacillus bulgaricus
2.3 Bakteri Streptococcus
Amazine
(2016) menyatakan sebagai berikut:
Bakteri
Streptococcus termasuk ke dalam filum Firmicutes.
Pembelahan sel pada
bakteri Streptococcus terjadi pada aksis tunggal, tidak seperti pada bakteri
gram positif lainnya dimana pembelahan sel berlangsung pada beberapa aksis.
Streptococcus adalah
bakteri patogen yang menyebabkan penyakit seperti pneumonia, meningitis,
necrotizing fasciitis, erisipelas, endokarditis, dan lainnya.
Streptococcus pyogenes
menyebabkan penyakit seperti demam rematik dan radang tenggorokan.
Namun, terdapat
bakteri streptococcus yang bersimbiosis komensalisme dengan manusia.
Bakteri-bakteri
tersebut biasanya ditemukan pada kulit, mulut, saluran pernapasan bagian atas,
dan usus.
Beberapa
streptococcus juga digunakan dalam produksi keju, buttermilk, dan yogurt.
Klasifikasi bakteri
Streptococcus dibuat berdasarkan sifat-sifat hemolitik mereka, yakni
Streptococcus hemolitik alpha, hemolitik beta, dan hemolitik gamma.
Hemolitik alpha
menyebabkan zat besi dalam hemoglobin menjadi teroksidasi.
Proses hemolitik
beta bisa menyebabkan sel darah merah pecah.
Penamaan hemolitik
gamma sebenarnya tidak tepat karena pada bakteri jenis ini proses hemolitik
tidak terjadi sama sekali.
2.3 a Streptococcus Thermophilus
Wahyudi (2006) menyatakan bahwa ”Streptococcus
thermophilus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, sering pertumbuhannya
berbentuk rantai. Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri
homofermentatif dan termodurik dengan pH optimum untuk pertumbuhannya sekitar
6,5 (Helferich dan Westhoff 1980)”.
a. Taksonomi
Menurut Sibarani (2010) “adapun taksonomi
dari Streptococcus thermophilus menurut Irianto K, (2006) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species :
Streptococcus thermophilus
b. Gambar Makroskopik Streptococcus thermopilus
Gambar 2.3 Streptococcus thermophilus
2.4 Peranan Bakteri L. Bulgaricus dan S. Thermophilus dalam Pembuatan
Yoghurt
Nurzainah, G. dan Elsegustri P.
(2005) menyatakan sebagai berikut:
Produk-produk
olahan susu telah diketahui memegang peranan penting dalam makanan manusia di
berbagai negara. Dengan tingkat nutrisinya yang tinggi, produk olahan susu
dapat dijadikan makanan tambahan walau susu/olahannya hanya mewakili sekitar
10% konsumsi total protein. Salah satu produk olahan susu adalah yoghurt.
Yoghurt adalah susu yang diasamkan melalui proses fermentasi. Hasil olahan susu
ini berbentuk seperti bubur. Yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol darah,
menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan.
Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung bakteri hidup sebagai
probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi mikroflora dalam saluran
pencernaan. Selain itu mengkonsumsi yoghurt membolehkan seseorang yang
menderita kelainan lactoce intolerence seolah mampu mengkonsumsi susu (McLean,
1993). Lactoce intolerence adalah suatu kelainan dari seseorang yang akan diare
setiap minum susu dikarenakan memiliki kekurangan laktosa dalam usus kecilnya.
Laktosa adalah enzim yang tersebar pada laktosa disakarida di dalam glukosa dan
galaktose. Jika terdapat laktosa tidak dikenal atau tidak diketahui, maka
laktosa yang dicerna dalam usus tetap tinggal pada usus dan sebagai hasil dari
osmosis, air bergerak ke usus dan menyebabkan diare. Pada yoghurt laktosanya
telah difermentasikan ke dalam bentuk asam laktat di mana setiap orang memiliki
enzim untuk mencernanya. Pada pembuatan yoghurt dilakukan proses fermentasi
dengan memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcuc thermophilus. Streptococcus thermophilus
berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam dan CO2
yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus
bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus
memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh
Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisma ini sepenuhnya bertanggung jawab atas
pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Goff, 2003).
2.4 a Pembuatan Yoghurt
Wahyudi (2006)
menyatakan pembuatan yoghurt sebagai berikut:
Susu
dipanaskan di atas kompor sampai mencapai suhu 90oC sambil
diaduk-aduk dan dipertahankan suhunya selama 10 menit, kemudian didinginkan
sampai suhu 43oC. Inokulasi starter (biakan L. Bulgaricus dan S.
Thermophilus) dengan perbandingan 1:1 dilakukan pada suhu 43-45oC
sebanyak 2,5-3% dari volume susu, diaduk merata kemudian disaring. Untuk jenis
set yoghurt, susu yang telaj diinokulasi dengan starter dimasukkan ke dalam air
panas, sedangkan untuk stirred yoghurt, susu yang telah diinokulasi dengan
starte diinkubasi dalam inkubator (suhu 45oC) selama 4-6 jam.
Setelah diinkubasi, yoghurt diaduk dan dikemas dalam wadah sesuai ukuran yang
diinginkan. Menurut Rahman et al., (1992), set yoghurt adalah produk dimana
pada waktu inkubasi atau fermentasi susu ditempatkan dalam kemasan kecil
sehingga karakteristik koagulamnya tidak berubah, sedangkan untuk stirred
yoghurt, fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar dan
setelah diinkubasi barulah produk dikemas dalam kemasan kecil sehingga
memungkinkan koagulamnya rusak atau pecah sebelum pendinginan dan pengemasan
selesai. Diagram alir proses pembuatan yoghurt dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 2.4 Pembuatan Yoghurt
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut Kajian Pustaka (2015) menyatakan
sebagai berikut:
Bakteri
asam laktat merupakan bakteri chemotrophic yang memiliki ciri-ciri khas
seperti: tergolong gram positif, berbentuk cocci, rod-shape, coccobacilli
umumnya membentuk rantai, hanya membutuhkan sedikit oksigen (microaerophilic),
tidak membentuk spora, tidak bergerak (non motile) dan bereaksi negatif
terhadap hidrogen peroksida (H2O2).
Lactobacillus
bulgaricus adalah
sejenis bakteri yang
berperan dalam pembentukan yogurt.
Bakteri ini merupakan bakteri gram
positif berbentuk
batang yang panjang, anaerobik fakultatif, dan katalase negatif. Bakteri ini
menyerupai streptokoki dalam kebutuhannya akan nutrien. Species dalam
jenis Lactobacillus banyak yang dapat mensintesis vitamin
dan banyak yang bersifat termodurik yaitu tahan susu pasteurisasi. Lactobacillus bulgaricus digunakan dalam fermentasi yogurt.
Wahyudi (2006) menyatakan bahwa ”Streptococcus
thermophilus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, sering pertumbuhannya
berbentuk rantai. Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri
homofermentatif dan termodurik dengan pH optimum untuk pertumbuhannya sekitar
6,5 (Helferich dan Westhoff 1980)”.
Yoghurt adalah susu yang diasamkan
melalui proses fermentasi. Hasil olahan susu ini berbentuk seperti bubur.
Yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan
mencegah penyakit kanker saluran pencernaan. Manfaat yang terakhir ini
dikarenakan yoghurt mengandung bakteri hidup sebagai probiotik dari makanan
yang menguntungkan bagi mikroflora dalam saluran pencernaan. Selain itu
mengkonsumsi yoghurt membolehkan seseorang yang menderita kelainan lactoce
intolerence seolah mampu mengkonsumsi susu (McLean, 1993). Lactoce intolerence
adalah suatu kelainan dari seseorang yang akan diare setiap minum susu
dikarenakan memiliki kekurangan laktosa dalam usus kecilnya.
3.2
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk menggali potensi bakteri-bakteri baik untuk dimanfaatkan dalam
kehidupan manusia, seperti pemanfaatan bakteri baik pada makanan maupun
minuman. Sehingga dapat menghasilkan variasi makanan ataupun minuman yang dapat
dikonsumsi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting,
N. dan Pasaribu E. 2013. Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt dari
Berbagai Jenis Susu Dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan
Streptococcus Thermophilus (http://blog.ub.ac.id/chica/files/2013/11/JURNAL-PROTEIN.pdf).
(Online) diakses 21 Maret 2016.
Hardiningsih,
R. dkk. 2006. Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH
Rendah (http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0701/D070105.pdf). (Online)
diakses 21 Maret 2016.
Kajian
Pustaka. 2015. Bakteri Asam Laktat
(http://www.kajianpustaka.com/2015/03/bakteri-asam-laktat.html). (Online)
diakses 21 Maret 2016.
Muzhoffar,
B. 2012. Pengamatan Bentuk Bakteri dan Khamir (https://muzhoffarbusyro.wordpress.com/teknologi-industri-pangan/laporan-praktikum-mikrobiologi-pangan-i/laporan-praktikum-mikrobiologi-pangan-i/laporan-3-pengamatan-bentuk-bakteri-dan-khamir/).
(Online) diakses 21 Maret 2016.
Rosihan,
A. 2016. Bakteri Laktobacillus Bulgaricus Memiliki Sifat
(http://www.astalog.com/6755/bakteri-lactobacillus-bulgaricus-memiliki-sifat.htm).
(Online) diakses 21 Maret 2016.
Ramasenderan,
2012. Tinjauan Pustaka
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31666/4/Chapter%20II.pdf). (Online)
diakses 21 Maret 2016.
Sibarani,
ED. 2010. Tinjauan Pustaka
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17233/4/Chapter%20II.pdf).
(Online) diakses 21 Maret 2016.
Wahyudi,
M. 2013. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt
(http://blog.ub.ac.id/airintan/files/2013/12/bt111064.pdf). (Online) diakses 21
Maret 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar